Dari sekian kuliner khas Aceh, tersebutlah nama ikan kayu. Ikan yang
dalam lokal disebut keumamah itu mempunyai riwayat tersendiri yang sama
uniknya dengan namanya.
Konon ikan kayu lahir karena kondisi Aceh yang kerab dilanda perang.
Perang berkepanjangan yang berkecamuk membuat warganya siaga dan
menyesuaikan diri untuk bertahan hidup.
Termasuk dalam hal ketersediaan pangan. Ikan kayu mempunyai tekstur
keras. Terbuat dari ikan tongkol yang cara pengolahannya membuatnya
tahan lama.
Ikan kayu telah melalui serangkaian proses sebelum sampai ke tangan
konsumen. Butuh waktu 3-4 hari untuk menghasilkan ikan kayu berkualitas
baik. Mulai dari disiangi dan ditaburi garam untuk kemudian direbus,
dibuang tulang belulangnya, dijemur, lalu setengah kering dirajang, dan
dijemur kembali. Penggunaan garam dan penjemuran lah yang membuat ikan kayu awet
hingga 2 tahunan. Tentu saja tanpa mengurangi citarasa asli si ikan
tongkol yang terkenal gurih. Sementara kepraktisannya didapat dari struktur ikan yang sudah dirajang halus dan siap olah. Era perang telah usai, namun kepraktisannya membuat si ikan kayu
sesuai dengan perkembangan zaman yang menuntut mobilitas tinggi.