Friday 28 October 2016

SEJARAH MAKANAN KULINER KHAS ACEH "IKAN KAYU"



Ikan kayu adalah salah satu kuliner khas aceh. Ikan kayu lahir pada saat kondisi ACEH dalan perang. Perang berkepanjangan yang berkecamuk membuat warganya siaga dan menyesuaikan diri untuk bertahan hidup.Termasuk dalam hal ketersediaan pangan. Ikan kayu mempunyai tekstur keras. Terbuat dari ikan tongkol yang cara pengolahannya membuatnya tahan lama.
Para pejuang Aceh pada masa lalu mengolah ikan kayu. Ikan kayu dijadikan bahan lauk pauk yang bisa tahan lama hingga berbulan-bulan guna mencukupi kebutuhan gizi pejuang. Maka dari itulah muncul Keumamah, ungkap Tgk. Matang, seorang pemerhati sejarah Aceh di Lhokseumawe.

Karena beratnya perjuangan yang dilakukan serta pasukan yang harus berpindah-pindah di hutan, maka para pejuang Aceh menjadikan Keumamah tersebut sebagai salah satu cadangan logistik yang praktis dan mudah dibawa ke mana saja. Biasanya selain keumamah ada lagi bahan masakan yang dibawa, yaitu Asam Sunti atau yang lebih dikenal dengan Asam Aceh. Makanan ini merupakan belimbing wuluh yang dijemur kemudian diasinkan, serta memiliki daya tahan yang lama juga.


"Keumamah ini, selain bisa dinikmati tanpa diolah lagi, juga sering dimakan dengan asam sunti. Makanan ini menimbulkan selera makan pejuang saat itu. Oleh karena itu, dua bahan ini tak dapat dipisahkan," ungkap Tgk. Matang. "Ini cara jitu untuk tetap bertahan di hutan."

Bukan itu saja. Dulu, jamaah haji Aceh yang hendak berangkat ke Tanah Suci dengan kapal laut juga menyiapkan keumamah sebagai salah satu lauk pauknya selama dalam perjalanan. Bagi orang Aceh, Keumamah merupakan jenis lauk yang praktis dan mudah. Dapat diolah dengan berbagai bahan masakan khas Aceh lainnya. Meski lahir di medan perang, kelestariannya tetap terjaga hingga sekarang.

Lantas bagaimanakah masakan Keumamah tersebut. Seorang pemilik ikan olahan di perkampungan nelayan Pusong Lhokseumawe, Tgk. Rusli, mengatakan ikan yang diolah untuk Keumamah adalah ikan Tongkol. Ikan Tongkol yang masih segar, direbus hingga matang. Kemudian dibelah empat lalu dibuang tulang serta kepalanya, selanjutnya baru dijemur di bawah matahari hingga beberapa hari.

"Jika semakin lama dijemur, maka kadar airnya akan semakin berkurang dan daging ikannya akan semakin keras, persis seperti kayu," ungkapnya. Menurut Tgk. Rusli, jika sudah keras seperti kayu, cara mengkonsumsinya dengan cara badan ikan diiris tipis-tipis seperti irisan kayu, direndam sebentar untuk melembutkan dagingnya, baru dimasak.

Sebenernya permintaan ikan Keumamah tinggi. Namun saat ini hasil tangkapan ikan nelayan sangat sedikit. "Bila sedang tidak musim ikan, nelayan sulit melaut atau berkurangnya hasil tangkapan ikan di laut," ungkap pemilik pengolahan ikan asin di Lhokseumawe. Menurut penuturan pemilik usaha pengolahan ikan, bahan baku untuk Keumamah lebih mudah didapatkan jika sedang musim ikan, terutama untuk jenis ikan tongkol.

Pasaran Keumamah lebih banyak terserap untuk pasar di daerah Aceh. Sedangkan untuk keluar daerah sangat kurang, kecuali jika ada warga Aceh yang tinggal di luar daerah dan dikirim dalam skala kecil.


No comments:

Post a Comment